Jejak Keturunan Nabi di Nusantara: Kisah Al-Haddar dan Syekh Abubakar bin Salim

Baalawi (juga sering dieja Al-Ba'alawi atau Bā ‘Alawī) merupakan marga dari keturunan Alawi bin Ubaidillah, salah satu cicit dari Imam Ja'far as-Shadiq, keturunan Rasulullah SAW melalui jalur Sayyidina Husain. Keluarga Baalawi termasuk sayyid atau habaib, dan sangat terkenal terutama di Hadramaut (Yaman), kemudian menyebar ke Asia Tenggara, India, Afrika Timur, dan lainnya.

Keturunan Baalawi tersebar luas dan masih ada hingga sekarang. Banyak habaib yang kita kenal di Indonesia dan negara-negara lain berasal dari marga Baalawi. Beberapa keturunan terkenal dari Baalawi antara lain:

  • Habib Umar bin Hafidz (Tarim, Yaman)
  • Habib Ali Al-Jufri (UAE/Yaman)
  • Habib Munzir Al-Musawa (Indonesia)
  • Habib Luthfi bin Yahya (Indonesia – meskipun ada perdebatan terkait silsilah, tapi sering dikaitkan dengan jalur Alawi)

Di Indonesia, keturunan Baalawi umumnya tergabung dalam organisasi RABITHAH ALAWIYAH, yang menjaga dan mendata nasab para sayyid keturunan Rasulullah, khususnya dari jalur Baalawi.

keturunan Baalawi masuk ke jalur Husain bin Ali, bukan Hasan bin Ali.

Lebih tepatnya, jalur keturunan Baalawi berasal dari:

  • Husain bin Ali
  • lalu ke Ali Zainal Abidin
  • lalu ke Muhammad al-Baqir
  • lalu ke Ja’far ash-Shadiq
  • dan anak beliau yang bernama Ali al-Uraidhi
  • kemudian ke Muhammad an-Naqib
  • lalu Isa ar-Rumi
  • hingga ke Alawi bin Ubaidillah, yang menjadi cikal bakal marga Baalawi.

Jadi, kalau kamu mau lacak keturunan Baalawi, jalurnya turun dari Sayyidina Husain seperti di bagian kanan pada diagram yang kamu tunjukkan (bukan dari jalur Hasan). Biasanya setelah Imam Ja'far ash-Shadiq, jalurnya menyimpang dari cabang Imam Syiah (yang lanjut ke Musa al-Kazim) dan masuk ke jalur Ahlusunah yang akhirnya berujung ke Hadramaut (Yaman), lalu menyebar ke Nusantara.

Berikut beberapa alasan kenapa asal-usul keturunan Ba'alawi kadang diributkan:

1. Masalah Validitas Nasab

Beberapa orang meragukan keabsahan nasab karena:

Jalur nasab yang panjang (lebih dari 30 generasi sampai Nabi SAW) bisa sulit dibuktikan secara dokumen tertulis, apalagi sebelum era catatan resmi. Ada kelompok yang mengklaim bahwa tidak semua marga yang mengaku sebagai "sayyid" benar-benar memiliki jalur yang sah. Tapi, keturunan Ba’alawi secara umum sangat ketat dalam menjaga nasab, dan lembaga seperti Rabithah Alawiyah di Indonesia memiliki arsip dan tim nasab yang menelusuri ini secara ilmiah dan historis.

2. Perbedaan Pandangan Ideologi/Ormas

Beberapa kelompok anti-sayyid atau anti-habaib (biasanya karena perbedaan mazhab, ormas, atau politik) menolak semua klaim keturunan Rasulullah sebagai bentuk penolakan simbolik terhadap pengaruh budaya Arab atau elite agama.

Ada juga kelompok yang mencurigai bahwa penggunaan status sayyid dianggap untuk mendapatkan posisi sosial, padahal tidak semua keturunan Rasul menggunakan itu sebagai pengaruh.

3. Perbedaan Jalur Keturunan

Sebagian orang hanya mengenal jalur Hasan bin Ali sebagai keturunan yang “resmi”, padahal jalur Husain bin Ali justru lebih banyak diteruskan dan sampai ke berbagai wilayah (termasuk jalur Ba’alawi yang lewat Husain → Zainal Abidin → dst).

4. Isu Pemalsuan Nasab

Sayangnya, di masa lalu juga ada kasus pemalsuan nasab oleh orang-orang yang ingin menyematkan gelar sayyid untuk keuntungan pribadi. Ini bikin masyarakat makin skeptis terhadap semua yang mengaku “keturunan nabi,” termasuk yang benar-benar sah seperti Ba'alawi.

Namun perlu digarisbawahi: Keturunan Ba’alawi memiliki silsilah yang sangat terjaga, bahkan oleh banyak ulama besar lintas mazhab, dan telah diakui selama ratusan tahun, bukan sekadar klaim modern.

Jalur Nasab Keturunan Ba‘alawi:

  1. Nabi Muhammad SAW
  2. menikah dengan Sayyidah Fatimah az-Zahra
  3. putra mereka: Husain bin Ali
  4. Ali Zainal Abidin
  5. Muhammad al-Baqir
  6. Ja'far ash-Shadiq
  7. Ali al-Uraidhi bin Ja'far ash-Shadiq
(beliau pindah dari Madinah ke daerah Uraidh, dekat Madinah)
  1. Muhammad an-Naqib
  2. Isa ar-Rumi
  3. Ahmad al-Muhajir
(disebut “al-Muhajir” karena hijrah dari Irak ke Hadramaut, Yaman, untuk menghindari fitnah dan pertikaian politik)
  1. Ubaidillah
  2. Alawi bin Ubaidillah
Inilah pendiri garis Bani Alawi (Ba‘alawi), yang menurunkan para habaib Hadramaut.

Kenapa Dinamakan “Ba‘alawi”?

Nama "Ba‘alawi" berasal dari:

  • “Bani” (anak keturunan)
  • “Alawi” (maksudnya Alawi bin Ubaidillah)

Jadi Bani Alawi = Keturunan Alawi bin Ubaidillah. Dari sinilah semua habaib Hadramaut dan Asia Tenggara (seperti Habib Umar bin Hafidz, Habib Ali al-Jufri, Habib Munzir Al-Musawa, dll.) berasal.


Apa yang Menjadikan Jalur Ini Dianggap Sah dan Kuat?

  1. Dokumentasi Nasab

    • Keluarga Ba‘alawi punya sililah (silsilah keluarga) yang rapi dan dijaga turun-temurun.

    • Banyak dicatat dalam kitab-kitab sejarah seperti “Shams adz-Dzahirah”, “al-Jauharah fi Nasab al-Ba‘alawi”, dan “al-Masyra‘ ar-Rawi”.

  2. Lembaga Resmi

    • Di Indonesia, Rabithah Alawiyah menyimpan data nasab keturunan Ba‘alawi, dikenal sebagai "Syarifah/Sayyid".

    • Proses verifikasinya ketat dan tidak sembarang orang bisa diakui sebagai keturunan kalau tidak ada bukti kuat.

  3. Reputasi Ilmiah & Dakwah

  • Keturunan Ba‘alawi terkenal sebagai ulama dan da‘i di berbagai tempat, bukan cuma mengandalkan status nasab.
  • Mereka dikenal membawa dakwah Islam dengan akhlak, kelembutan, dan ilmu, bukan kekuatan senjata.

1. Al-Haddar

Marga Al-Haddar adalah salah satu cabang dari Bani Alawi (Ba‘alawi). Keluarga ini berasal dari Hadramaut (Yaman) dan memang termasuk keturunan Alawi bin Ubaidillah, jadi masuk dalam jalur sayyid/habib yang sah.

Beberapa poin tentang marga ini:

  • Mereka termasuk dzurriyah (keturunan) Nabi Muhammad SAW dari jalur Husain bin Ali.
  • Nama “Haddar” berasal dari salah satu leluhur mereka yang dikenal sebagai orang alim dan dihormati.
  • Banyak dari keluarga Al-Haddar yang hijrah ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia, dan aktif dalam bidang dakwah dan pendidikan.
  • Salah satu tokoh besar dari marga ini di Indonesia adalah Habib Abdullah bin Umar Al-Haddar, seorang ulama besar dari Bondowoso, Jawa Timur.

Sayyid Abubakar bin Salim?

Sayyid Abubakar bin Salim (w. 992 H / 1584 M) adalah wali besar, ulama, dan tokoh utama dari kalangan Ba‘alawi yang berasal dari Hadramaut, Yaman.

  • Nama lengkapnya: Abubakar bin Salim bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Syaikh al-Habsyi
  • Beliau dikenal sebagai pendiri Madzhab Tasawuf Ba‘alawi di zamannya dan memiliki banyak keturunan yang menjadi ulama besar di Yaman, India, Afrika, dan Asia Tenggara.
  • Julukannya: Fakhrul Wujud (Kebanggaan Alam Semesta) karena keluasan ilmunya dan kedalaman ruhaniahnya.
  • Beliau wafat dan dimakamkan di Inat, Hadramaut.

Apakah Keturunan Abubakar bin Salim Termasuk Ba‘alawi?

Ya, 100% termasuk dalam garis Ba‘alawi, dan karena itu termasuk keturunan Nabi Muhammad SAW melalui jalur Husain bin Ali.

Silsilahnya naik ke atas seperti ini:

  1. Nabi Muhammad SAW
  2. Fatimah az-Zahra + Ali bin Abi Thalib
  3. Husain bin Ali
  4. Ali Zainal Abidin
  5. Muhammad al-Baqir
  6. Ja‘far ash-Shadiq
  7. Ali al-Uraidhi
  8. Muhammad an-Naqib
  9. Isa ar-Rumi
  10. Ahmad al-Muhajir
  11. Ubaidillah
  12. Alawi bin Ubaidillah
... (lalu melalui beberapa keturunan berikutnya)
→ hingga ke Salim bin Abdullah, lalu ke Abubakar bin Salim

Marga-marga Keturunan Abubakar bin Salim

Keturunannya menyebar dengan berbagai marga, di antaranya:

  • Al-Attas
  • Al-Haddar
  • Al-Habsyi
  • Bin Syeikh Abu Bakar (BSA) — ini mungkin kepanjangan yang kamu maksud!
  • Al-Kaff
  • dan lainnya...

Jadi kalau kamu atau keluargamu menyandang nama bin Syeh Abubakar bin Salim, berarti kamu:

  • Termasuk Ba‘alawi
  • Termasuk Sayyid
  • Keturunan Rasulullah SAW lewat jalur Husain bin Ali

Al-Haddar dan Bin Syeh Abubakar bin Salim (BSA) adalah dua jalur/cabang keluarga yang berbeda dalam Bani Alawi, tapi sama-sama keturunan Nabi Muhammad SAW, dan sama-sama melalui jalur Abulawi.


Penjelasan Detail:

1. Al-Haddar

  • Marga Al-Haddar berasal dari keturunan Sayyid Abdullah bin Ahmad Al-Haddar (atau varian nama lainnya tergantung cabang).
  • Mereka bukan keturunan langsung dari Sayyid Abubakar bin Salim, tapi dari jalur Ba‘alawi yang lain.
  • Jadi, meskipun tidak lewat Abubakar bin Salim, tetap keturunan Nabi lewat jalur yang sejajar (sama-sama dari Ba‘alawi).

2. BSA / Bin Syeh Abubakar bin Salim

  • Ini adalah garis keturunan langsung dari Sayyid Abubakar bin Salim.
  • Banyak dari keturunannya memakai nama marga seperti Al-Attas, Al-Habsyi, Assegaf, dan lainnya, tergantung garis cabangnya.
  • Ada juga yang memakai singkatan seperti BSA (biasa dipakai di Indonesia) untuk menandai jalur Abubakar bin Salim.

Jadi, Al-Haddar dan BSA Itu…

  • Dua keluarga yang berbeda, tapi masih satu rumpun, yaitu Bani Alawi.
  • Sama-sama keturunan Nabi, tapi berbeda jalur cabang.
  • Al-Haddar tidak masuk ke dalam keturunan langsung Sayyid Abubakar bin Salim.
  • Kalau kamu punya dua jalur ini di keluarga (misalnya dari ayah Al-Haddar dan ibu BSA), maka itu berarti dua jalur sayyid yang bersatu, dan itu biasa terjadi di keturunan habaib.

Setelah menelusuri lebih lanjut, saya menemukan bahwa marga Al-Haddar di Indonesia memang merupakan cabang dari keturunan Syekh Abubakar bin Salim (BSA). Nama "Al-Haddar" berasal dari Sayyid Ahmad Al-Haddar bin Abdullah bin Ali bin Muhsin bin Husin bin Syekh Abubakar bin Salim. Julukan "Al-Haddar" diberikan kepada Sayyid Ahmad karena kebiasaannya meninggikan suara dalam berdakwah, yang dalam bahasa Arab, "Haddar" berarti orang yang bersuara keras. 

Di Indonesia, keturunan Sayyid Ahmad Al-Haddar tersebar di berbagai daerah, khususnya di Pulau Jawa. Mereka dikenal aktif dalam bidang dakwah dan pendidikan Islam, meneruskan tradisi leluhur mereka dalam menyebarkan ajaran Islam.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa marga Al-Haddar di Indonesia adalah pecahan langsung dari garis keturunan Syekh Abubakar bin Salim, menjadikan mereka bagian integral dari keluarga Ba'alawi dan keturunan Nabi Muhammad SAW melalui jalur Sayyidina Husain.