📜 When the Fire Finally Faces a Mirror


 For years, Israel launched strikes, claimed “defense,” and silenced the world with the word “security.” Entire families erased, cities crumbled, and children buried under the word “collateral.”

Iran watched. The world watched. Most stayed silent.

But then — for the first time in decades — Iran responded. Not with speeches or press releases, but with action. It wasn’t random. It wasn’t first. It was a reply.

Suddenly, the sirens in Tel Aviv were no longer background noise to distant wars. Suddenly, the “invincible” felt what Gaza and Damascus have felt for years.

And now?

Now Israel says:

 “We are under attack.”

“We are being terrorized.”

“This is unjust.”

Strange how the loudest cries come only when the pain finally echoes back.

The archer who has fired a thousand arrows cries out in shock when one finally returns.

And the world, once again, is told to forget who drew first blood — and focus only on who dares to say “enough.”

Free Palestine. 

Saatnya Israel Merasakan Apa yang Dirasakan Palestina

Sudah terlalu lama dunia menyaksikan penderitaan rakyat Palestina — dibunuh, diusir, dilucuti hak-haknya — sementara pelakunya terus berlindung di balik label “pembelaan diri”. Tetapi hari ini, ketika perlawanan mulai membalas, Israel tiba-tiba merasa dizalimi, tiba-tiba berteriak sebagai korban.

Ironi dunia hari ini adalah:

🔹 Ketika yang tertindas melawan, mereka disebut teroris.

🔹 Tapi ketika penjajah membantai, mereka disebut sah secara hukum.

PBB?

Lumpuh. Tidak berdaya. Tidak adil.

Organisasi yang katanya penjaga perdamaian dunia, tak mampu menjalankan tugasnya bahkan saat anak-anak dibunuh terang-terangan.

Dulu, Irak dihukum atas senjata yang bahkan tak pernah ditemukan. Tapi Israel, dengan kejahatan yang terang-benderang, tidak tersentuh hukum internasional.

Sampai kapan?

Saatnya ada negara — atau sekelompok negara — yang berani mengambil sikap tegas, tidak hanya lewat kutukan dan kecaman media. Saatnya tindakan nyata.

Israel harus tahu:

Darah bukan air, dan setiap luka yang dibiarkan akan melahirkan gelombang kebenaran yang tak bisa dibungkam.

Jika keadilan masih hidup, maka tidak ada alasan dunia terus membiarkan satu bangsa menginjak bangsa lain tanpa batas.