Kashmir bukan sekadar bentang alam yang indah di kaki Pegunungan Himalaya. Wilayah ini telah menjadi simbol konflik yang membara antara India dan Pakistan selama lebih dari tujuh dekade. Dengan latar belakang sejarah yang rumit, ketegangan agama, dan kepentingan politik yang saling bertabrakan, Kashmir menjadi salah satu daerah paling sensitif di dunia. Mengapa wilayah ini begitu diperebutkan, dan bagaimana akar persoalannya terus membentuk hubungan panas antara dua negara bertetangga ini? Mari kita telusuri lebih dalam.
Pakistan dan India itu memang punya hubungan yang tegang sejak mereka merdeka dari Inggris tahun 1947. Masalah utamanya:
1. Kashmir:
Kedua negara berebut wilayah Kashmir. Sejak pembagian India-Pakistan (Partition), Kashmir jadi daerah yang diperebutkan karena mayoritas Muslim tapi raja saat itu memilih bergabung ke India. Akibatnya, terjadi perang (beberapa kali), dan sampai sekarang perbatasannya (Line of Control) masih rawan konflik.
Kenapa Raja Kashmir memilih bergabung ke India, bukan Pakistan?
Nama rajanya: Maharaja Hari Singh.
Agama Raja: Hindu.
Padahal, rakyat Kashmir mayoritas Muslim waktu itu (sekitar 70% lebih).
Alasannya:
1. Raja ingin Kashmir tetap merdeka, tidak bergabung ke India atau Pakistan.
Hari Singh awalnya mau Kashmir jadi negara sendiri.
Tapi dia bingung dan takut: kalau gabung ke India, rakyatnya Muslim mungkin marah. Kalau gabung ke Pakistan, dia yang Hindu mungkin kehilangan kekuasaan.
2. Tekanan dan Kekacauan:
Di bulan Oktober 1947, pasukan milisi dari Pakistan (sebagian besar suku Pashtun) masuk ke Kashmir (Operasi Gulmarg).
Mereka menyerang kota-kota kecil, menjarah, bahkan ada laporan kekerasan brutal terhadap warga sipil.
Karena takut kekuasaannya runtuh dan nyawanya terancam, Maharaja minta bantuan militer ke India.
3. Perjanjian Bergabung:
India setuju membantu dengan syarat: Kashmir harus secara resmi bergabung ke India.
Akhirnya, pada 26 Oktober 1947, Maharaja Hari Singh menandatangani Instrument of Accession, yang membuat Kashmir bagian resmi dari India.
4. Tidak karena Islam atau Tuntutan Agama:
Keputusan Raja bukan soal Islam.
Bukan juga karena Islam ada tuntutan atau pengkhianatan.
Ini murni soal kekuasaan, survival, dan ketakutan pribadi.
Singkatnya:
Maharaja tidak mengkhianati Islam.
Ia lebih takut kehilangan tahta dan takut dihancurkan oleh pasukan dari Pakistan.
Agama Islam di Kashmir tetap dominan sampai sekarang, tapi konflik jadi politik + agama campur aduk setelah itu.
Siapa yang menyerang Kashmir Oktober 1947?
Yang menyerang itu bukan tentara resmi Pakistan waktu itu.
Tapi milisi suku-suku Pashtun dari wilayah Pakistan (seperti dari Waziristan dan sekitarnya). Mereka orang bersenjata lokal, semi-lawan liar, yang didorong secara diam-diam oleh Pakistan.
Apakah India mungkin terlibat diam-diam dalam serangan itu?
Tidak. Justru India di posisi bertahan.
India saat itu belum campur tangan di Kashmir sebelum Raja meminta bantuan.
India bahkan ragu-ragu mau terlibat, karena takut melanggar prinsip kemerdekaan wilayah.
Apakah ada agen luar atau kekuatan tersembunyi lain?
Ada beberapa kecurigaan dari para sejarawan bahwa:
Inggris, yang baru saja meninggalkan India dan Pakistan, memainkan pengaruh rahasia supaya India dan Pakistan tetap sibuk berkonflik.
Tujuannya mungkin supaya bekas jajahan ini tidak terlalu cepat menjadi negara kuat.
Tapi buktinya tidak langsung.
Yang jelas, pertempuran di Kashmir murni dimulai karena chaos lokal:
Raja ingin independen.
Pakistan tidak mau Kashmir lepas.
Milisi lokal bertindak brutal, dan ini malah memaksa Raja lari ke India.
Ringkasan:
Bukan India yang mendukung serangan.
Pakistan setengah resmi/semi tidak resmi yang mendorong serangan.
Ada teori bahwa Inggris mungkin suka melihat India-Pakistan konflik, tapi tidak ada bukti langsung mereka memprovokasi secara aktif.
2. Agama dan Identitas:
India itu mayoritas Hindu, Pakistan dibentuk sebagai negara Muslim. Perbedaan ini juga sering menambah ketegangan politik dan sosial.
3. Terorisme dan Politik:
India menuduh Pakistan mendukung kelompok-kelompok militan yang menyerang India, termasuk serangan terkenal seperti Mumbai 2008. Pakistan biasanya menyangkal, tapi hubungan mereka makin buruk setelah insiden-insiden kayak gitu.
4. Nuklir:
Kedua negara punya senjata nuklir, jadi ketegangannya selalu dianggap sangat berbahaya oleh dunia internasional.
---
Kalau kamu tanya "apa yang terjadi sekarang" (April 2025), ketegangannya lagi naik-turun juga, terutama karena:
Ada konflik kecil di perbatasan Kashmir.
Ada juga masalah politik dalam negeri masing-masing yang membuat mereka saling provokatif.
Kadang ketegangan itu diperparah oleh pemilu, nasionalisme, atau serangan militan.
1. Kenapa Kashmir diperebutkan?
Karena waktu tahun 1947, saat Inggris mundur dari anak benua India:
India dibagi jadi dua negara: India (mayoritas Hindu) dan Pakistan (mayoritas Muslim).
Tapi Kashmir saat itu kerajaan sendiri (punya raja bernama Maharaja Hari Singh), dan mayoritas penduduknya Muslim, sekitar 70%-75%.
Masalahnya, raja Kashmir malah memilih bergabung ke India, bukan ke Pakistan.
Pakistan marah, karena merasa Kashmir harus ikut mereka (karena Muslim mayoritas).
Sejak itu, mereka perang (1947, 1965, 1999), dan Kashmir terbelah dua:
India pegang Jammu dan Kashmir (dulu disebut Jammu-Kashmir).
Pakistan pegang Azad Kashmir dan Gilgit-Baltistan.
Tapi kedua belah pihak masih mengklaim seluruh Kashmir sebagai "punyanya".
---
2. Mana lebih banyak Islam atau Hindu di India?
Secara jumlah penduduk:
India itu mayoritas Hindu (sekitar 79%).
Muslim di India ada sekitar 14% — jumlah besar juga, karena India penduduknya lebih dari 1,4 miliar orang, jadi Muslim India itu ratusan juta (sekitar 200 juta lebih).
Di Kashmir sendiri (sebelum India ubah statusnya 2019), mayoritas tetap Muslim.
Sekitar 68-70% Muslim di wilayah Jammu dan Kashmir.
---
3. Kenapa agama lain tidak sering dituntut "toleransi", tapi Islam sering?
Ini kompleks, tapi kira-kira begini:
Karena posisi geopolitik: Negara-negara Muslim sering terlibat konflik (Palestina, Irak, Afghanistan, Pakistan, Suriah), jadi Islam sering diasosiasikan dengan berita perang/konflik — padahal itu bukan ajaran Islam, tapi situasi politik.
Karena propaganda/media: Sejak peristiwa 9/11 (2001), ada kampanye besar-besaran di media Barat yang membentuk opini bahwa Islam itu "agresif", padahal itu tidak adil untuk mayoritas Muslim dunia.
Standar ganda: Dunia Barat kadang menuntut Muslim untuk "membuktikan" diri mereka toleran, padahal agama-agama lain juga punya ekstremis (contoh: Zionisme ekstrem di Israel, fanatisme Hindu di India, white supremacy di Barat) — tapi mereka tidak dipukul rata kayak Islam.
Karena Islam itu cepat berkembang: Islam adalah agama dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Sebagian kelompok takut terhadap pengaruh Islam di negara mereka, jadi muncul tuntutan ekstra ke umat Islam untuk "berbaur" atau "toleran" sebagai syarat diterima.
---
Intinya:
Bukan Islam yang salah.
Permainan politik, sejarah kolonialisme, konflik kekuasaan, dan propaganda media bikin citra Islam sering salah dipahami.
Padahal kalau kita lihat Al-Qur'an dan sejarah Rasulullah SAW, Islam justru mewajibkan toleransi (contoh: Piagam Madinah mengatur hak semua umat beragama hidup damai).
Di tulis oleh ChatGPT.